Tuesday, November 12, 2019

PERAN BAKTERI TERHADAP PENGURAIAN SAMPAH


Pada hakekatnya sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik yang bernilai ekonomis. Proses pembuatan pupuk organik secara konservatif membutuhkan waktu 8 – 12 minggu, sedang apabila menggunakan sistem baru (penambahan inokulan) hanya memerlukan waktu 4 sampai 8 minggu dan hasilnya lebih baik. Perbedaan dari kedua proses pembuatan pupuk organik tersebut ternyata terletak pada metode dan adanya bahan inokulan (EM-4, kotoran hewan, dan cacing). Cara ini biasanya memerlukan waktu relatif lebih singkat sehingga lebih efisien. Pembuatan pupuk organik (kompos) dengan cara baru, telah diuji cobakan pada tanaman hortikultura, dan hasilnya lebih baik dibanding dengan menggunakan pupuk organik hasil pemrosesan secara konservatif (Asngad, 2005)
Penanganan sampah menjadi pupuk organik memberikan banyak keuntungan, misalnya dapat memberdayakan ekonomi masyarakat, sebagai alternatif pengadaan lapangan kerja, bahannya melimpah dan mudah diperoleh, serta peluang pasarnya sangat baik. Dengan adanya cara yang baru, yaitu pemberian inokulan ( EM-4, Kotoran ayam dan cacing) pada pengolahan pembuatan pupuk organik dapat mempercepat dan meningkatkan kualitas pupuk organik. Dengan adanya beberapa keuntungan tersebut maka dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah lingkungan, juga dapatdigunakan sebagai bahan penyubur tanah. Pupuk organik sendiri bukanlah pupuk utama tetapi apabila diberikan pada tanah dapat memperbaiki tekstur tanah, karena pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas biologis dalam tanah, yang menyebabkan cacing tanah dapat hidup subur dan menyebabkan tanah lebih gembur sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Struktur tanah dapat diperbaiki dengan meningkatnya porositas tanah, sehingga tanah menjadi gembur. Perbedaan teknik tersebut berkaitan dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi proses penguraian (dekomposisi) bahan – bahan sampah, yaitu pengaturan aerasi, suhu, kelembaban, jenis jasad pengurai (dekompucer), jenis sampahnya, kondisi sampah (utuh atau dipotong terlebih dahulu dan ukuran potongan) serta adanya bahan – bahan tambahan seperti abu dan kapur. Untuk jenis jasad pengurai dan metode pembuatan pupuk organik perlu dikaji lebih lanjut, mengingat kedua hal tersebut cukup relevan dengan kualitas pupuk organik, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada peranan pupuk organik (Asngad, 2005)
Sampah organik dan limbah organik dapat  memberi manfaat  kepada manusia setelah terlebih dahulu dirobah menjadi pupuk organik oleh peranan bakteri menguntungkan bagi manusia. Bakteri saprofit berperanan menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati, sisa-sisa atau kotoran organisme. Bakteri sahabat manusia (probiotik) tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lainnya.
Penguraian dalam kondisi tanpa oksigen (anaerobik), material organik akan menjadi gas amoniak, hidrogen sulfida (H2S), methana (CH4) dan senyawa lain yang lebih sederhana.  Sementara dalam kondisi cukup oksigen (aerobik), penguraian akan menghasilkan H2O dan CO2,  serta senyawa lain dalam bentuk nutrisi.  Oleh karenanya, keberadaan bakteri jenis saprofit ini, sangat berperan dalam mineralisasi di alam dan, dengan cara ini, bakteri membersihkan dunia dari sampah dan limbah organik. Tanpa kehadiran si jasad renik ini, niscaya bumi kita akan penuh oleh sampah  organik dan limbah organik, yakni segala material yang berasal dari jasad mati, berdampingan dengan jasad hidup.

Bakteri, agar dapat dikelola pemanfaatannya, dapat diisolat kemudian dibiakan di laboratorium serta kemudian disimpan dalam media, dengan ditambahkan nutrisi secukupnya, tergantung masa dorman  yang diinginkan.  Makin banyak sediaan nutrisinya, masa hidup bakteri dalam media ini akan lebih lama dibanding jika nutrisi terbatas. Salah satunya  yang kini ada di pasaran adalah konsorsium aneka jenis bakteri, ragi dan fungi dalam aktivator Green Phoskko (GP-1), yang diketahui dan telah dirasakan bermanfaat membantu manusia dalam peranannya sebagai pengurai (dekomposer) sampah dan segala material organik. Konsorsium mikroba probiotik (sahabat manusia) ini disajikan dalam bentuk tepung ( powder), dikemas dalam pack per 250 gram, sehingga bisa dimobilisasi atau dibawa dengan mudah. Berisi bakteri aktinomycetes- spesies aktinomyces naeslundii, Lactobacillus spesies delbrueckii, Bacillus Brevis, Saccharomyces Cerevisiae, Cellulolytic Bacillus Sp, ragi, dan jamur dengan populasi 10 pangkat 7 per gram Cfu. Konsorsium bakteri, dalam aktivator bagi pembuatan pupuk organik ini, tergolong mesofilik hingga termofilik, artinya hidup optimal pd suhu 30 sd 55 serta 60 sd 80 derajat Celcius.

Mikroba pengurai, atau  dekomposer ini berfungsi melapukan atau mendekomposisi sampah organik dan bahan organik (limbah kota, pertanian, peternakan, tinja, urine, sisa makanan,  dan material organik lainnya).  Pada kondisi kelembaban, suhu, porositas dan aerasi yang sesuai dengan kebutuhannya, bakteri ini akan bekerja terus menerus tanpa henti, atau akan mendekomposisi material organik dengan cepat. Misal, pada penggunaan dalam penguraian bahan organik (pengomposan) didalam komposter atau skala alat rotary kiln,  5 hari bisa menyelesaikan tugasnya mengurai aneka bahan organik tersebut.

Cepatnya proses pengkomposan sebagai bentuk penguraian kembali bahan organik menjadi material bersifat tanah, akan meningkatkan daya tarik dalam pembuatan kompos. Bakteri, yang bekerja tanpa henti, akan menghilangkan kesempatan bakteri lawannya atau merugikan (patogen) memproduksi amoniak, methan dan H2S -yang kemudian dipersepsikan masyarakat sebagai bau busuk sampah. Dengan bakteri bekerja terus menerus, akan menekan pertumbuhan mikroba patogen, atau  berbeda dengan apa yang terjadi pada kondisi tanpa oksigen (anaerobik).  Dengan saling melengkapi peranan (simbiosis) antara teknologi mikrobiologi dan alat mesin rotary kiln,  akan menurunkan biaya pengomposan karena efisiensi dari aspek waktu, tenaga kerja dan luas lahan bagi keperluan penumpukan sampah.  Resistensi (penolakan) tetangga akan suatu pembuatan kompos berbahan sampah dan limbah organik di sekitar pemukiman pun tidak terjadi lagi, karena memang tidak berbau.

Bekerjanya bakteri tanpa henti ini akan berlangsung, ketika lingkungan mikro dikelola oleh fungsi rotary kiln dalam  hal menjamin kecukupan oksigen (aerasi), menjaga kestabilan PH, menjaga temperatur, dan kelembaban. Namun persisnya kebutuhan lingkungan mikro, berbeda bagi tiap jenis bakteri satu dengan bakteri lainnya. Untuk itu, pada teknologi Biophoskko, dibuatlah desain komposter dan rotary kiln, sedemikian rupa, hasil perhitungan yang cermat berdasar kebutuhan aneka jenis bakteri  khusus sebagaimana terdapat dalam Green Phoskko (GP-1) tersebut. Karenanya,  dalam kepentingan mengolah sampah dan membuat kompos secara sempurna ( cepat, higienis, tidak berbau, tidak menghidupkan hewan kecil dan serangga, serta bermutu baik yakni CN ratio< 20, gembur tanpa harus dihancurkan oleh mesin) diperlukan kesesuaian ( compatible) antara alat ( media komposter) dan jenis bakterinya sebagai satu kesatuan. Tanpa itu, membuat pupuk organik (kompos) akan beresiko menimbulkan gas methan dan H2S sebagai polutan ( bau, cairan lindi, binatang) dan akan dipersepsikan rumit, lama, merugikan, menjijikan dan berbau. Itulah pangkal masalah banyaknya instalasi pengolahan sampah maupun produksi pupuk organik di perkotaan mendapat penolakan warga sekitar.

No comments:

Post a Comment