Wednesday, December 25, 2019

Masih Takut Kah Anda dengan Lebah Madu

l

Lebah adalah binatang yang karakternya paling lembut dan baik serta dermawan, lebah menghasilkan madu secara gratis pada manusia, lebah hanya butuh kasih sayang dari manusia, sayangilah dia pasti dia tidak akan memberikan yang terbaik untuk kita. lebah tidak akan menyerang jika di tidak di ganggu. maka jangan takut sama lebah madu. bahkan sengatan lebah bisa menyembuhkan penyakit ( jika di lakukan oleh yang sudah ahli )


Sunday, December 22, 2019

Cara Asyik Nikmati Madu Lebah



Cara Asyik Nikmati Madu Lebah adalah di makan bersama sarangnya karena di dalam sarang lebah di samping terdapat madu juga terdapat royal jelly, propolis dan tepung sari. yang baik untuk tubuh manusia

Monday, December 16, 2019

Teknik Budidaya Trigona (Trigona spp.)



Trigona sp merupakan salah satu jenis dari genus Meliponini yaitu jenis lebah madu yang tidak bersengat (stingless bee). Trigona mengandalkan propolis untuk melindungi sarang dari serangan predator dan untuk mempertahankan kestabilan suhu di dalam sarang. Pembudidaya trigona ditemukan di dataran rendah (daerah pantai) hingga ke daerah dataran tinggi (pegunungan) dan berhasil dibudidayakan di semua lokasi.
Teknik budidaya lebah madu trigona sangat mudah. Peralatan yang harus disiapkan dalam membudidayakan trigona adalah sarang (stup), tali tambang, pisau kikis, mangkuk, saringan dan tempat hasil perasan madu. Pembuatan stup dibutuhkan papan kayu dengan ketebalan kayu ± 2 cm dan paku. Pembuatan stup lebah madu Trigona sp menggunakan kayu dengan ketebalan ±2 cm karena untuk menjaga kelembaban dan stabilitas sarang (Hermawan, 2007). Jika kayu yang digunakan ketebalannya kurang dari 2 cm, kebanyakan koloni trigona akan pergi meninggalkan sarangnya. Stup dibuat dan didiamkan selama 3 hari, agar kondisi suhu dan kelembaban di dalam stup menjadi stabil. Setelah 3 hari, stup siap digunakan. Stup diletakkan dengan 2 cara yaitu digantung dan diletakkan di rak penyimpanan. Digantung di lokasyang teduh, tidak terkena sinar matahari langsung dan tidak terkena hujan. Beberapa pembudidaya meletakkan stup dengan digantung di pohon besar dengan alasan menciptakan suasana sarang yang sama dengan sarang aslinya. Tempat lain untuk menggantung stup yaitu disekitar pinggiran rumah dan pohon-pohon yang tumbuh di halaman rumah.
Untuk rak penyimpanan stup bisa diletakkan di kebun dan halaman rumah. Di alam, trigona bersarang di pohon lapuk dan di ruas pohon bambu. Pohon bambu diambil 2 ruas yang menjadi tempat bersarang trigona, koloni menggunakan sarang di ruas bambu bagian atas untuk meletakkan telur dan berkumpulnya koloni, sedangkan di bagian bawah digunakan sebagai penyimpan madu dan bee polen. Bambu yang berisi koloni dan madu trigona ditebang dan diusahakan menebang dan membawa koloni pada sore hari agar semua anggota koloni pulang ke sarang dan tidak ada anggota koloni yang tertinggal.
Tahap selanjutnya adalah pemindahan koloni dari sarang alami ke dalam stup. Pemindahan dilakukan pada malam hari setelah semua koloni kembali ke sarang atau dini hari ketika koloni belum mencari pakan keluar sarang. Perkembangan Trigona sp dalam memproduksi madu cukup beragam, 2 bulan sampai 6 bulan adalah rentang waktu bagi Trigona sp untuk memproduksi madu. Selama rentang waktu tersebut, stup didiamkan tanpa membuka tutupnya, hal ini bertujuan agar trigona merasa aman dan fokus dalam memproduksi madu. Hanya dilakukan pemeliharan seperti pembersihan dari sarang laba-laba, pembersihan dari sarang semut, dan pemeriksaan kondisi stup jika terkena air hujan.
Pemanenan madu maupun propolis dilakukan dengan cara tradisional yaitu menggunakan pisau kikis. Madu maupun propolis dikikis menggunakan pisau secara hati-hati, tanpa mengganggu telur dan ratu lebah madu trigona. Hasil tirisan madu langsung dimasukkan ke dalam botol dan ketika sudah penuh botol langsung ditutup.



Budidaya lebah trigona jika dibandingkan dengan budidaya lebah lainnya memiliki banyak keunggulan dari berbagai kategori. Beberapa kelebihan lebah Trigona :

1.      Penghasil propolis yang banyak.
2.      Mudah beradaptasi.
3.      Madunya tidak terlalu banyak namun dapat dimanfaatkan untuk diternakkan.
4.      Harganya relative lebih murah dibandingkan dengan jenis lebah Apis spp.
5.      Lebih mudah dalam teknik pembudidayaan.
6.      Tidak membutuhkan persediaan makanan, karena Trigona menyimpan cadangan polen sepanjang tahun
7.      Daya tahan terhadap serangan hama Tinggi, karena ukurannya yang jauh lebih kecil, dan memiliki persediaan propolis yang tinggi dalam sarang sebagai pelindung alami.
8.      Masa hidup Lebih panjang (60 hari/pekerja)
9.      Tidak memiliki sengatan sehingga mempermudah dalam proses pembudidayaan.

MENGENAL KOLONI LEBAH KLANCENG Bag 3


Pakan
Trigona mencari pakan melalui pepohonan yang ada di sekitarnya, yaitu nektar, polen, dan resin tumbuhan. Berdasarkan analisis komparatif Baconawa (2002), lebah Trigona pencari pakan terutama pada polen karena lidah mereka terlalu pendek untuk mendapatkan nektar. Hal ini sesuai dengan cara budidaya lebah Trigona di Peternakan Lebah Madu “Alam Lestari”, bahwa pemberian cadangan pakan berupa air gula tidak perlu dilakukan, seperti halnya dilakukan pada A. mellifera. Berdasarkan hasil pengamatan, lebah Trigona menjadi tidak produktif bahkan mengalami gangguan pencernaan saat diberikan cadangan pakan air gula. Hal ini mengakibatkan lebah Trigona hanya menghasilkan sedikit madu yang sulit diekstrak, namun sesuai dengan pernyataan Singh (1962) bahwa propolis yang dihasilkannya lebih banyak daripada jenis lebah lokal yang lain. Propolis dihasilkan
 lebah dengan cara mengumpulkan resin-resin dari berbagai macam tumbuhan, kemudian resin ini bercampur dengan saliva dan berbagai enzim yang ada pada lebah sehingga menjadi resin yang berbeda dengan resin asalnya.
Supadi (1986) yang mengidentifikasi tanaman pendukung lebah melalui bentuk serbuk sari dalam stup lebah madu, menemukan bahwa lebah menyukai polen yang berasal dari tanaman pangan dan tanaman hias, misalnya kembang sepatu dan kembang soka, tumbuhan hutan dan tanaman liar. Jenis tumbuhan yang disukai lebah madu pada umumnya mempunyai bunga yang polennya nampak dengan jelas atau mempunyai filamen yang panjang seperti pada kaliandra, lamtoro, kelapa, jagung, pisang, padi, kopi, dan lain-lain.

Propolis

warna coklat kehitaman adalah propolis

Propolis merupakan nama generik dari resin sarang lebah madu. Kata propolis berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata yaitu pro (sebelum atau pertahanan), dan polis (kota atau sarang lebah), sehingga propolis dapat diterjemahkan sebagai sistem pertahanan pada sarang lebah. Propolis merupakan sejenis resin yang karena bentuknya lengket seperti lem, disebut sebagai bee glue. Propolis sebenarnya dihasilkan lebah dengan cara mengumpulkan resin-resin dari berbagai macam tumbuhan, kemudian resin ini bercampur dengan saliva dan berbagai enzim yang ada pada lebah sehingga menjadi resin yang berbeda dengan resin asalnya. Sumber utama propolis adalah kuncup bunga (Bankova et al., 2000).
Lebah menggunakan propolis sebagai lapisan tipis pada dinding bagian dalam sarangnya atau lubang-lubang tempat tinggalnya. Warna dan komposisi propolis berbeda-beda, yakni mulai dari transparan, kuning, sampai coklat tua, karena sumbernya yang berbeda-beda (Woo, 2004) Propolis sudah mulai diteliti dan dipelajari sejak tahun 1960-an. Hal ini berdasar pada sifat uniknya yakni dipergunakan sejak dahulu oleh bangsa Yunani dan Romawi sebagai bahan antimikroba. Namun sejak perang dunia pertama penggunaan propolis sebagai bahan antimikroba alamiah mulai ditinggalkan dan diganti dengan bahan antibiotik sintetik, seperti amoksilin dan ampisilin. Hal itu dikarenakan kondisi menuntut untuk disediakan bahan antimikroba dalam jumlah besar dan cepat, guna mengobati luka dan pencegahan infeksi terhadap luka para korban perang. Setelah diketahui sifat resistensi bakteri terhadap antibiotik sintetik serta dampak negatif lainnya, maka propolis alamiah dari sarang lebah madu mulai kembali diminati. Propolis diketahui mempunyai khasiat aktivitas antibakteri, antifungi, antivirus dan anti aktivitas biologi lain seperti antiinflamasi, anestesi lokal, hepatoprotektif, antitumor, dan imunostimulasi (Bankova et al., 2000). Berdasarkan sifatnya sebagai bahan antimikroba alamiah, maka propolis sarang lebah madu tidak hanya digunakan sebagai bahan obat-obatan, melainkan juga untuk menyeimbangkan populasi mikroflora saluran pencernaan, yang dapat memacu pertumbuhan ternak (Tukan, 2008).

Besambung ke Bagian 4

MENGENAL KOLONI LEBAH KLANCENG Bag 2


Sarang
Sarang Trigona yang sudah diambil madunya disebut raw propolis. Raw propolis terdiri dari sekitar 50% senyawa resin (flavonoid dan asam fenolat), 30% lilin lebah, 10% minyak aromatik, 5% polen lebah, dan 5% berbagai senyawa organik (Pietta et al., 2002). Sarang lebah dibuat dari campuran lilin dan resin tanaman. Sarang tersusun atas sel anakan yang dikelilingi dengan pelepah lembut yang disebut involucrum dan sel besar yang terdiri atas madu serta cadangan polen yang disimpan dalam tempat terpisah. Sel anakan berbentuk vertikal dan sel membuka pada bagian atasnya. Biasanya sel anakan disusun dalam sisir horizontal secara berurutan. Sel anakan dan tempat penyimpanan disangga oleh pilar dan bagian luarnya dilapisi oleh lapisan keras yang disebut dengan batumen (Free, 1982)


Sarang Trigona yang sudah diambil madunya disebut raw propolis. Raw

 propolis terdiri dari sekitar 50% senyawa resin (flavonoid dan asam fenolat), 30% lilin lebah, 10% minyak aromatik, 5% polen lebah, dan 5% berbagai senyawa organik (Pietta et al., 2002).Propolis tercampur dalam seluruh bagian sarang dan juga banyak terdapat disekeliling pintu kayu sebagai pertahanan koloni.
Propolis yang bersifat lengket dan memiliki kemampuan antimikrobial merupakan pertahanan utama bagi koloni Trigona dari serangan predator-predatornya, seperti semut, cicak, burung, kecoa, dan tokek. Pada umumnya predator-predator tersebut menunggu Trigona di depan pintu kotak kayu sehingga antisipasi yang dapat dilakukan oleh peternak adalah memberi kapur semut atau obat anti hama di tempat tersebut

Karakteristik Lebah
Lebah Trigona dikenal sebagai polinator yang baik di Filipina. Karakteristik lebah Trigona yang kecil dan jangkauan terbang pendek, membuatnya fokus pada pepohonan di sekitar sarang sehingga polinasi yang dilakukannya lebih intensif dibanding lebah Apis yang jangkauan terbangnya lebih jauh. Selain itu karakteristik lebah Trigona lebih ramah kepada manusia dibanding dengan Apis, sehingga lebih mudah memelihara Trigona dibandingkan Apis. Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa tingkat kepraktisan lebah Trigona lebih tinggi untuk dibudidayakan disbanding dengan lebah Apis.
Tabel 1. Komparasi Antara Apis dengan Trigona Sebagai Polinator
Komparasi
Apis
Trigona
Harga koloni
Mahal (2,500-10,000 Peso
Filipina)

Terjangkau (1,500-2,500 Peso
Filipina)

Sengat
Menyengat, sehingga
membutuhkan penanganan
yang khusus

Tidak menyengat sehingga
siapapun dapat menanganinya

Jumlah lebah pekerja
Maksimum 60.000/sarang
Maksimum 100.000/sarang

Masa hidup
Lebih singkat
(50 hari/pekerja)
Lebih panjang (60 hari/pekerja)

Tingkah laku
Kemungkinan kabur dari
sarang sangat tinggi,
terutama A. dorsata dan A. cerana

Kemungkinan kabur dari
sarang sangat kecil

Jangkauan terbang
Mencapai lebih dari 5 km,
artinya polinasi menyebar

Pendek, hanya radius 500 meter
sehingga polinasi lebih intensif
dan merata di sekitar sarang

Pakan utama
Pekerja pencari pakan lebih
fokus pada nektar

Pekerja pencari pakan terutama
pada polen karena lidah terlalu
pendek untuk mendapatkan
nektar

Persediaan makanan
Membutuhkan, yaitu air
gula dan polen buatan
selama masa paceklik

Tidak membutuhkan, karena
Trigona menyimpan cadangan
polen sepanjang tahun

Daya tahan terhadap hama
Rendah
Tinggi, karena ukurannya yang
jauh lebih kecil, dan memiliki
persediaan propolis yang tinggi
dalam sarang sebagai pelindung
alami.


Daya tahan terhadap cuaca
Sangat rendah
Lebih tinggi karena memiliki
propolis sebagai kanopi

Kemudahan transportasi
Cukup sulit karena berat
satu kotak penuh
A.mellifera dengan total
30.000 pekerja mencapai
lebih dari 30 kg

Mudah, karena berat satu kotak
penuh Trigona hanya mencapai
5 kg

Ukuran kotak
Cukup besar (20”x16”x10”)
sehingga sedikit lebah yang
dapat dibawa per
perpindahan

Lebih kecil (11”x10”x8”)
sehingga lebih banyak lebah
yang dapat dibawa per
perpindahan

Peralatan
Banyak peralatan, contoh :
sisiran, cetakan lilin, sekat
ratu, pengasap, ekstraktor
madu, baju pelindung, dsb.

Hanya membutuhkan dua buah
kotak untuk digunakan saat
polinasi

Obat-obatan
Membutuhkan obat-obatan,
(antibiotik, antikutu, dll)
Tidak membutuhkan obatobatan
Jadwal pemeriksaan
Inspeksi teratur, minimal satu kali/ minggu
Inspeksi satu kali / 3-4 bulan


kembali ke bag 1
bersambung ke bag 3

MENGENAL KOLONI LEBAH KLANCENG


Lebah Trigona Merupakan salah satu dari sekian banyak hasil hutan yang ada di kawasan hutan. Madu yang dihasilkan lebah Trigona memiliki berbagai manfaat yang dapat meningkatkan pendapatan masayarakat serta menjadi aset kelompok tani hutan. Berbagai upaya untuk menjamin kelestarian hutan mendorong perkembangan budidaya lebah trigona.
Trigona sp merupakan salah satu jenis dari genus Meliponini yaitu jenis lebah madu yang tidak bersengat (stingless bee). Potensi Peternakan Lebah Sama seperti lebah madu lainnya, lebah Trigona memiliki kemampuan dalam  menghasilkan madu, polen, dan propolis.

Trigona spp. merupakan jenis lebah yang tidak menyengat atau stingless bee.
Lebah Trigona ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, seperti Australia, Afrika,
Asia Tenggara dan sebagian Meksiko dan Brazil. Lebah Trigona merupakan salah
satu serangga yang hidup berkelompok dan membentuk koloni (Free, 1982). Trigona
diklasifikasikan dalam divisi Animalia, filum Arthopoda, kelas Insecta, ordo Hymenoptera, famili Apidae, genus Trigona, dan species Trigona spp. Sihombing (2005) menyebutkan taksonomi lebah Trigona spp. selengkapnya adalah sebagai berikut :
Divisi             :     Animalia
Filum             :     Arthropoda
Kelas              :     Insecta
Ordo              :     Hymenoptera
Subordo         :     Apocrita
Famili             :     Apidae
Subfamili       :     Apinae
Tribe              :     Meliponini
Genus            :     Trigona
Species           :     T. carbonaria, T. hockingsii, T. iridipennis, T. spinipes

Lebah Trigona dalam bahasa daerah dinamakan klanceng, lenceng (Jawa) atau teuweul (Sunda) (Perum Perhutani, 1986). Trigona memiliki pertahanan dengan cara menggigit musuhnya atau membakar kulit musuhnya dengan larutan basa. Organ vital (mata, hidung, dan telinga) musuh akan dikelilingi oleh lebah lain dalam satu koloninya. Lebah ini juga dilengkapi sistem kekebalan untuk menyerang serangga lainnya (Free, 1982).

Strata Koloni

Koloni lebah madu terdiri atas dua golongan, yaitu golongan reproduktif (lebah jantan dan ratu) dan golongan non-reproduktif (lebah pekerja). Mereka dapat dibedakan satu dengan yang lainnya dari bentuk, rupa, warna, dan tingkah laku. Satu koloni lebah hanya memiliki satu ekor ratu, ratusan ekor lebah jantan, ribuan ekor pekerja (Gambar 1), dan ditambah penghuni dalam bentuk telur, larva, dan pupa (Sumoprastowo, 1980; Sihombing, 2005).

Klanceng pejantan

Lebah ratu berpenampilan mencolok dan berbeda dari lebah pekerja karena berukuran dua kali lebih panjang serta 2,8 kali bobot pekerja. Lebah ratu berfungsi sebagai penghasil telur dan juga sebagai pabrik penghasil senyawa kimia, yaitu feromon, adalah bahan pemersatu koloni dalam satu unit terorganisasi. Feromon merupakan senyawa kimia sebagai alat komunikasi lebah madu yang membawa informasi-informasi tentang apa yang harus dilakukan, atau tingkah laku apa yang harus diperhatikan oleh anggota-anggota koloni sesuai dengan keadaan yang sedang ataupun akan dihadapi. Setiap lebah ratu menghasilkan senyawa kimia yang berbeda-beda sehingga hal tersebut digunakan sebagai tanda pengenal pada masing-masing koloni. Lebah pekerja maupun pejantan tidak mungkin tersesat atau masuk koloni yang berbeda oleh karena memiliki tanda pengenal yang berbeda (Sihombing, 2005).

Gambar Ratu Klanceng


Fungsi lebah jantan selama hidup satu-satunya adalah mengawini lebah ratu  dara. Lebah jantan tidak dapat bertanggungjawab atas dirinya sendiri sehingga pada musim paceklik atau persediaan pakan menipis, sebagian besar lebah jantan akan dibunuh atau dikeluarkan dari sarang oleh lebah pekerja karena lebah jantan dianggap sebagai hama. Lebah pekerja adalah lebah betina yang organ reproduksinya tidak berfungsi sempurna. Lebah pekerja memiliki pembagian tugas yang terstruktur rapi, baik di dalam maupun diluar sarang (Sihombing, 2005). Tugas di dalam sarang meliputi pembuatan sarang dengan komponen-komponennya yang terdiri dari tiga kompartemen, yakni kompartemen madu, polen, dan telur.