Thursday, May 19, 2016

IPKINDO JATENG adakan Penyegaran dengan tema KAMI SIAP DENGAN PERUBAHAN

Semarang – Penyuluh kehutanan tidak hanya bertugas menjadi pendamping Kelompok Tani Hutan (KTH) yang merupakan pelaku utama usaha produktif berbasis lingkungan, ekonomi, dan sosial di dalam maupun di luar kawasan hutan, namun juga menjadi guide wisata. Kegiatan itu sangat strategis dalam membantu pemerintah mengelola kelestarian hutan dan memberi kesejahteraan bagi masyarakat.
“Penyuluh harus menjadi rimbawan sejati. Artinya tidak hanya mendampingi tapi juga menjadi guide wisata, sehingga akan banyak referensi ilmu yang harus dibaca. Membuat kesepakatan dengan alam dan belajar banyak dari orang lain,” kata Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo SH MIP saat memberi sambutan sekaligus pengarakan kepada peserta Penyegaran Bagi Penyuluh Kehutanan (capacity building) di Vina House Semarang, Selasa (17/5).
Pada kegiatan bertema “Kami Siap dengan Perubahan” itu gubernur mengatakan, beragam persoalan masyarakat di sekitar hutan harus diselesaikan secara bertahap. Apalagi sebagian besar masyarakat sekitar hutan berada di bawah garis kemiskinan dan menjadi salah satu penyumbang kemiskinan di Jateng.
Permasalahan lainnya, kerusakan hutan yang dapat berdampak pada bencana alam. Diakui, Jateng dikenal sebagai “supermarket” bencana, karena “belanja” bencana apa saja komplet di provinsi ini. Mulai tsunami, banjir, longsor, rob, gunung berapi, longsor, hingga kebakaran terjadi di sejumlah daerah di Jateng. Dan bencana yang terjadi tidak lepas dari kondisi alam yang ada. Karenanya, perlu upaya penyelamatan hutan dan menjaga kelestarian lingkungan.
“Untuk menyelamatkan alam dari kerusakan perlu adanya tindakan luar biasa dari semua pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat. Apalagi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan Jateng sebagai percontohan provinsi tangguh bencana,” katanya di depan sekitar 279 penyuluh kehutanan se-Jateng.
Gubernur menunjuk contoh Mbah Sadiman warga Dusun Dali, Desa Geneng, Bulukerto, Wonogiri atas dedikasinya terhadap lingkungan. Lelaki berusia lanjut itu sendirian melakukan penanaman pohon-pohon pengikat air di lahan hutan milik negara yang tidak memberikan keuntungan materi sedik pun kepadanya.
“Mbah Sadiman telah membuat kesepakatan dengan alam. Bahkan beliau dianggap ‘gila’ karena kegiatannya yang dianggap aneh. Merawat alam dengan menanam berbagai jenis tanaman seorang diri demi kelestarian lingkungan,” katanya.
Selama belasan tahun, Mbah Sadiman rajin menanam dan marawat beragam tanaman di kawasan hutan lereng Gunung Lawu sisi tenggara yang merupakan kawasan perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Semua dilakukan dengan penuh ikhlas agar alam tetap lestari , hijau, dan warga lereng pegunungan terhindar dari longsor maupun bencana alam lainnya yang disebabkan kerusakan hutan.
“Saat saya bertemu dengan Mbah Sadiman, saya menanyakan apa yang diinginkannya ketika bertemu gubernur. Dan jawabannya tidak pernah saya sangka, karena bukan dana atau bantuan dalam bentuk materi apa pun, beliau justru ingin bibit tanaman dan dapat memberikan kebaikan kepada orang lain. Jawaban itu mak jleb,” bebernya.
Ketua DPW Ikatan Penyuluh Kehutanan Indonesia (Ipkindo) Jawa Tengah Susilo Margono menjelaskan, kegiatan Penyegaran Bagi Penyuluh Kehutanan tersebut bertujuan memberikan inspirasi dan semangat penyuluh kehutanan sebagai salah satu stakeholder pembangunan. Sehingga dapat melakukan perubahan pada setiap penyuluh, sehingga dapat membuat pengaruh baik terhadap masyarakat.
“Selain itu juga dapat menumbuhkan sifat kepemimpinan pada diri penyuluh kehutanan sehingga membangun pola pikir positif bagi penyuluh kehutanan dan masyarakat,” katanya.
Susilo mengatakan Indonesia merupakan kawasan yang memiliki sumber daya alam (SDA) luar biasa. Terkait potensi dan kondisi SDA Indonesia, berbagai bentuk perubahan yang dapat memberikan inspirasi birokrasi harus dilakukan. Para penyuluh termasuk penyuluh kehutanan dituntut melakukan inovasi dan berkreasi dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan.
“Peran penyuluh kehutanan sangat penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani. Salah satunya mengubah petani produsen menjadi petani pemasok, dengan meningkatnya kesejahteraan petani, maka kelestarian alam terjaga dan program ‘Jateng Ijo Royo-royo akan terwujud,” terangnya. (humas jateng)


Sumber : Portal Jateng

No comments:

Post a Comment