CARA BETERNAK SAPI POTONG
I. PENDAHULUAN
Laju pertambahan penduduk yang
terus meningkat menuntut ketersediaan akan daging yang terus meningkat pula.
Sehubungan dengan hal tersebut, ternak sapi khususnya sapi potong merupakn
salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki
nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Sebab
sektor atau kelompopk ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan,
terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya
seperti pupuk kandang, kulit, tulang dan lain sebagainya. Daging sangat besar
manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani.
Sapi sebgai salah satu hewan
pemakan rumput sangat berperan sebagai pengumpul bahan bergizi rendah yang dirubah
menjadi bahan bergizi tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk
daging. Daging untuk pemenuhan gizi mulai meningkat dengan adanya istilah
”Balita” dan terangkatnya peranan gizi terhadap kualitas generasi penerus.
Jadi untuk pemenuhan kebutuhan
protein hewani dari daging ini kita khhususnya peternak perlu meningkatkan
[roduksi daging. Perkembangan usaha penggemukan sapi didorong oleh permintaan
daging yang terus menerus meningkat dari tahun ke tahun.
II. MEMILIH JENIS SAPI
Sapi-sapi lokal yang terdapat
di Propinsi Banten kesemuanya dapat digunakan untuk usaha penggemukan. Akan
tetapi tidaklah semua jenis sapi itu mempunyai prospek yang sama untuk
digemukkan. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menentukan jenis
sapi yang lebih prospektif untuk digemukkan.
Indikator-indikator tersebut
adalah :
v Jumlah populasi
v Jumlah pertambahan populasi setiap tahun
v Penyebaran
v Produksi karkas dan
v Efisiensi penggunaan pakan
v Jumlah populasi
v Jumlah pertambahan populasi setiap tahun
v Penyebaran
v Produksi karkas dan
v Efisiensi penggunaan pakan
Jenis-jenis sapi potong yang
biasa dipelihara adalah : sapi Bali, sapi Madura, sapi Ongole, sapi Peranakan
ongole, sapi Charolois, sapi Hereford, sapi Brangus dan lain-lain akan tetapi
bukan sapi lokal yang bukan hasil persilangan.
III. PEMELIHARAAN DAN UKURAN
KANDANG
Dibandingkan dengan kandang
sapi milik petani di Eropa, maka kandang sapi petani-petani di Propinsi Banten
walaupun hanya terdiri dari tiang bambu, atap rumbia dan lantai yang
dipadatkan, tetapi cukup baik. Ini disebabkan karena petani di Propinsi Banten
hanya memilik sapi antara 3-4 ekor, dimana sapi-sapi tersebut hanya pada malam
hari saja dipelihara dalam kandang, sedang pada siang hari ternak diikat di
halaman rumah karena tidak dikerjakan atau digembalakan.
Setiap pagi bilamana sapi
sudah dikeluarkan, maka kotoran dalam kandang dibersihkan bersama-sama sisa
makanan diangkut dan dimasukkan ke dalam lubang yang telah disediakan, untuk
kemudian dijadikan pupuk, sedang bekas-bekas urine disiram dengan abu dari api
unggun. Tentang tempat makanan untuk ternak petani di Propinsi Banten tidak
membutuhkan perlengkapan, oleh karena makanan yang diberikan adalah rumput,
daun-daunan dan jerami, tidak pernah dan jarang sekali diberikan makanan
konsetrat, kecuali sapi-sapi yang digemukkan. Makanan cukup diletakkan di
tanah, bila perlu dibatasi dengan palang-palang dari bambu atau kayu.
Kandang untuk sapi potong
hendaknya dibuat dari bahan-bahan yang murah tapi kuat, keadaannya harus terang
dan pertukaran udara bebas. Atap dari genting/rumbia/ilalang. Lantai sebaiknya
disemen atau sekurang-kurangnya tanah dipadatkan.
IV. MAKANAN
Sapi-sapi petani di Propinsi
Banten diberi makan rumput, daun-daunan atau jerami. Umumnnya secara kualitas
maupun kuantitas makanan sapi-sapi itu cukup baik. Ini dapat dilihat dari
keadaan sapi-sapinya yang cukup segar, gemuk dan kesehatan baik.
Bila dipandang perli petani di
Propinsi Banten menyediakan makanan untuk musim kemarau. Biasanya petani
menyimpan jerami, penyimpanan makanan ini tidak perlu banyak karena ternak yang
dipelihara hanya sebanyak 3-4 ekor.
Pakan untuk sapi potong dapat
dikelompokkan menjadi :
A. Hijauan
Hijauan yang berkualitas baik (rumput unggul atau campuran rumput dengan hijauan kacang-kacangan) umumnya sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertunbuhan dan reproduksi yang normal sehingga pada pemeliharaan sapi dianjurkan lebih banyak menggunakan hijauan (85-100%), apabila hijauan banyak tersedia, pemberian konsentrat hanya dianjurkan untuk keadaan tertentu saja seperti saat sulit hijauan (di musim kemarau) atau untuk penggemukkan.
Hijauan yang berkualitas baik (rumput unggul atau campuran rumput dengan hijauan kacang-kacangan) umumnya sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertunbuhan dan reproduksi yang normal sehingga pada pemeliharaan sapi dianjurkan lebih banyak menggunakan hijauan (85-100%), apabila hijauan banyak tersedia, pemberian konsentrat hanya dianjurkan untuk keadaan tertentu saja seperti saat sulit hijauan (di musim kemarau) atau untuk penggemukkan.
Contoh hijauan unggul :
v Rumput setaria
v Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
v Rumput raja (Kinggrass)
v Rumput benggala (Panicum maximum)
v Rumput bede (Brachiaria decumbens)
v Lamtorogun(Leucaena leucocepala)
v Turi (Sesbania grandiflora)
v Gamal (Gliricidia maculata)
v Kaliandra
v Rumput setaria
v Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
v Rumput raja (Kinggrass)
v Rumput benggala (Panicum maximum)
v Rumput bede (Brachiaria decumbens)
v Lamtorogun(Leucaena leucocepala)
v Turi (Sesbania grandiflora)
v Gamal (Gliricidia maculata)
v Kaliandra
Contoh hijauan limbah
pertanian :
v Jerami kacang panjang
v Jerami kedelai
v Jerami padi
v Jerami jagung
v Jerami kacang panjang
v Jerami kedelai
v Jerami padi
v Jerami jagung
B. Konsentrat
Contoh konsentrat :
v Dedak padi
v Onggok (ampas singkong)
v Ampas tahu
v Dan lain-lain
Contoh konsentrat :
v Dedak padi
v Onggok (ampas singkong)
v Ampas tahu
v Dan lain-lain
C. Makanan tambahan
Contoh : vitamin, mineral dan urea
Contoh : vitamin, mineral dan urea
Secara umum makanan untuk
seekor sapi setiap hari sebagai berikut :
- Hijauan :35-47 kg atau bervariasi menurut berat dan besar badan
- Konsentrat : 2-5 kg
- Makanan tambahan : 30-50 gram
- Hijauan :35-47 kg atau bervariasi menurut berat dan besar badan
- Konsentrat : 2-5 kg
- Makanan tambahan : 30-50 gram
V. KESEHATAN
Salah satu unsur perawatan
yang juga tidak boleh diabaikan adalaj penjagaan kesehatan termasuk pula
pencegahan masuknya penyakit ke peternakan.
Berbagai jenis penyakit pada
sapi yang sering berjangkit baik yang menular ataupun yang tidak menular.
Penyakit menular yang terjangkit pada umumnya menimbulkan kerugian besar bagi
peternak dari tahun ke tahun ribuan ternak sapi menjadi korban penyakit radang
limpa (Anthrax), ribuan ternak sapi lainnya kemudian terkena serangan penyakit
mulut dan kuku, serta penyakit surra.
Beberapa jenis penyakit yang
sering terjadi pada sapi potong adalah :
a. Anthrax (radang limpa)
b. Penyakit mulut dan kuku
c. Penyakit surra
d. Penyakit radang paha
e. Penyakit Bruccellosis (keguguran menular)
f. Kuku busuk (foot ror)
g. Cacing hati
h. Cacing perut
i. Dan lain-lain
a. Anthrax (radang limpa)
b. Penyakit mulut dan kuku
c. Penyakit surra
d. Penyakit radang paha
e. Penyakit Bruccellosis (keguguran menular)
f. Kuku busuk (foot ror)
g. Cacing hati
h. Cacing perut
i. Dan lain-lain
VI. PERKEMBANGBIAKAN
Pada usaha ternak sapi potong
yang sistem produksinya untuk menghasilkan anak-anak sapi yang hampir sama
umurnya dalam jumlah yang besar untuk dijual sebagai anak sapi (Feeder Cattle),
maka perkawinannya dilakukan secara musiman
Sapi potong mulai dewasa
kelamin yaitu apabila mulai timbul oestrus (tanda-tanda birahi, bronst). Pada
umur 8-12 bulan, tergantung pada bangsa-bangsa, makanan, dan lingkungannya.
Cara perkawinan pada sapi
potong dapat dilakukan dengan pengaturan dan pengawasan sepenuhnya ooleh manusia
yang disebut cara ”Hand Mating” yaitu pemeliharaan jantan dan betina dipisah
dan bila ada betina yang bronst, diambilkan pejantanya agar mengawininya atau
dilakukan perkawinan buatan atau dengan cara perkawinan bebas di padang rumput.
Dimana sapi-sapi jantan dan betina yang sudah dewasa pada musim perkawinan
dilepas bersama-sama, bila ada sapi-sapi betina yang bronst tanpa campur tangan
si pemilik akan terjadi perkawinan.
Cara perkawinan inilah yang
lazim dilakukan pada usaha sapi potong dimana perkawinan biasabya dilakukan
secara musiman.
VII. PENGOLAHAN HASIL
Beragamnya jenis produk olahan
ternak dengan nilai tambah yang tinggi memberikan kesempatan kepada masyarakat
di Propinsi Banten untuk memilih berbagai alternatif. Jenis olahan dikembangkan
sesuai dengan karakteristik dan minat masyarakat. Dibandingkan dengan produk
olahan memiliki daya tahan yang lebih lama sehingga dapat mengurangi resiko
akibat perubahan harga. Selain itu, dalam upaya turut menjaga kelestarian
lingkungan, pengolahan produk sampingan seperti kulit, tulang dan darah dapat
mengurangi resiko pencemaran lingkungan.
Penanganan yang cermat dan
teliti sangat diperlukan dalam proses produksi untuk menghasilkan pruduk olahan
sesuia dengan standar yang sngat erat kaitannya dengan mutu dan kesehatan
produk yang dihasilkan. Hal ini menjadi kendala utama dalam memperkenalkan
teknologi pengolahandi wilayah pedesaan, karena pengembangan agribisnin dan
agroindustri peternakan dan hasil ikutannya belum berkembang dengan optimal di
Propinsi Banten.
Hasil dari olahan ternak sapi
potong diantaranya adalah :
a. daging bisa diolah sebagi dendeng, daging asap, sosis, bakso,abon, corned.
b. kulit bisa diolah sebagi bahan untuk pembuatan tas, sepatu, ikat pinggang.
a. daging bisa diolah sebagi dendeng, daging asap, sosis, bakso,abon, corned.
b. kulit bisa diolah sebagi bahan untuk pembuatan tas, sepatu, ikat pinggang.
VIII. PEMASARAN
Didalam pemasaran hasil sebaiknya
dikoordinasikan oleh kelompok tani atau ternak KUD. Agar biaya yang dikeluarkan
tidak terlalu banyak karena bisa ditanggung bersama-sama.
Pemasaran hasil sapi potong
selain dipasarkan sebagai sapi potong berupa produk daging, juga sering dijual
dalam keadaan hidup dan sebaiknya memilih standar harga per kilogram berat
hidup.
Hasil
panen ternak sapi potong dapat berupa daging dan kulit serta hasil sampingnya
berupa pupuk tau gas bio.
No comments:
Post a Comment