Thursday, October 13, 2016

MACAM - MACAM PEMBIAKAN VEGETATIF TUMBUHAN

Pembiakan Vegetatif 

Pengertian dan prinsip Pembiakkan tanaman secara vegetatif .
Pembiakan vegetatif merupakan pembiakan secara Vegetatif atau aseksual , yaitu dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman yang sanggup membentuk kembali jaringan – jaringan dan bagian – bagian lain. Pada sebagian tanaman, pembiakan vegetatif merupakan proses alamiah yang sempurna atau merupakan suatu proses buatan manusia.
Perbanyakan secara vegetatif  merupakan  perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, daun, sekaligus
Perkembangbiakan tanaman Vegetatif secara alami

Pembiakan vegetatif tanpa bantuan manusia disebut pembiakan vegetatif alami. Alat pembiakannya tumbuh dengan sendirinya dari tumbuhan melalui tunas, umbi, spora, dan rhizoma Tunas Pernahkah kamu memperhatikan tanaman cocor bebek? Pada tepi dan ujung daun yang telah tua terdapat tunas. Jika ditanam, tunas itu akan tumbuh menjadi tanaman baru. Tunas itu disebut tunas adventif. Tanaman lain yang berkembang biak dengan tunas, yaitu pisang, cemara, bambu, sukun, dan tebu. Pada tanaman ini tunas adventif tumbuh pada akar. Spora Jenis tanaman paku-pakuan sering ditanam orang sebagai tanaman hias, contohnya suplir. Pada bagian bawah daunnya terdapat titik-titik berwarna cokelat yang disebut spora. Spora berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Jika spora jatuh ke tanah, akan tumbuh tanaman baru.
1.     Umbi
Pernahkah kamu melihat umbi jalar yang ada tunasnya? Umbi ada yang berupa umbi batang, umbi akar, dan umbi lapis. Jika tanaman yang berkembang biak dengan umbi ditanam, dari umbi keluar akar dan tunas sehingga tumbuh tanaman baru. Umbi yang ditanam menjadi sumber makanan bagi pertumbuhan tanaman sebelum mengisap makanan sendiri dari tanah. Contoh tanaman yang berkembang biak dengan umbi: Umbi batang : kentang Umbi lapis : bawang merah, bawang putih. Umbi akar : wortel, umbi jalar.
Macam-macam Umbi :
  1. umbi lapis Contoh tumbuhan yang berkembang biak dengan umbi lapis adalah: bawang bombay, bawang merah, bawang putih, bunga bakung, bunga tulip
  2. umbi batang
Contoh tumbuhan yang berkembang biak dengan umbi batang adalah: kentang dan ubi jalar.
  1. Umbi akar
Ciri-ciri umbi akar:
-    tidak berbuku-buku
-    tidak mempunyai kuncup dan daun
-    tidak mempunyai mata tunas
Contoh: wortel dan bunga dahlia

2.     Rhizoma /akar tinggal
Akar tinggal (rizoma) adalah batang yang tertanam dan tumbuh di dalam tanah. Batang tersebut tumbuh secara mendatar dan tampak seperti akar.
Ciri-ciri akar tinggal:
- mirip akar tetapi berbuku-buku dan pada ujungnya terdapat kuncup.
- pada setiap buku terdapat daun yang berubah menjadi sisik.
- pada setiap ketiak sisik terdapat tunas.
Contoh:
Amati kencur, lengkuas, dan kunyit yang ada di rumahmu. Kamu akan menemukan ruas-ruas batang. Jika ruas-ruas itu ditanam akan tumbuh tanaman baru. Tumbuhan tersebut berkembang biak dengan rhizoma. Rhizoma disebut juga akar tinggal atau akar tongkat. Rhizoma sebenarnya adalah batang yang tumbuh di dalam tanah.
3.     Spora
Spora merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan. Spora dibentuk dan disimpan di dalam kotak spora yang disebut sporangium. Sporangium pada tumbuhan paku terletak dibalik daun.
Contoh: tumbuhan paku (paku tanduk rusa), jamur, suplir, ganggang hijau
4.     geragih
Geragih (stolon) adalah batang yang menjalar di atas atau di bawah permukaan tanah.
Contoh tumbuhan bergeragih di atas permukaan tanah adalah arbei, pegagan, semanggi.
Contoh tumbuhan bergeragih di bawah permukaan tanah adalah rumput teki.
5.     tunas
      Contoh tumbuhan yang berkembang biak dengan tunas adalah: pisang, cocor bebek, bambu, sukun, cemar

Perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan bantuan manusia

1.                            Stek
Pengertian Stek
Penyetekan dapat didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).
Stek dapat dibedakan berdasarkan pada bagian dari tanaman yang dijadikan bahan stek, yaitu stek akar, stek batang, stek pucuk, stek daun, stek umbi dan sebagainya. Stek yang dilakukan pada bagian atas tanaman seperti stek pucuk, stek batang dan lain-lain, bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem perakaran baru. Sementara stek yang dilakukan pada bagian bawah tanaman seperti stek akar bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem bagian atas tanaman. Sementara stek daun bertujuan untuk pembentukan sistem perakaran dan batang tanaman (Rochiman dan Harjadi, 1973 ; Hartmann dan Kester, 1983)
Menurut Hartmann dan Kester (1983), keuntungan pembiakan melaui stek adalah murah, dapat dilakukan dengan cepat, sederhana dan tidak memerlukan tenaga terlatih. Selain itu pembiakan vegetatif melalui stek dapat menghasilkan tanaman yang sempurna dengan akar, daun dan batang dalam waktu relatif singkat serta bersifat serupa dengan induknya (Rochiman dan Harjadi, 1973).
 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek
            Berhasilnya pembiakan vegetatif dengan stek ditandai dengan munculnya akar pada stek (Djamhuri et al, 1986). Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu faktor dalam dan faktor luar (lingkungan) tanaman (Hartmann dan Kester, 1983).
Faktor Dalam
a. Jenis Tanaman
Beberapa jenis pohon kehutanan dapat dibiakkan dengan metode stek, baik itu dengan stek akar, stek batang, stek pucuk ataupun stek daun, tetapi beberapa pohon justru tidak bisa dibiakkan dengan metode stek.
b. Bahan Stek
Bahan stek meliputi nutrisi yang terkandung dalam bahan stek, ketersediaan air, kandungan hormon endogen dalam jaringan stek, tipe bahan stek, kehadiran hama dan penyakit serta umur pohon induk dan umur bahan stek itu sendiri.
          Faktor Luar (lingkungan)
    a. Suhu
Kisaran suhu yang baik untuk pembentukan perakaran adalah 21-270 C. Setiap jenis akan mempunyai suhu yang berbeda-beda dalam kisaran 21-270 C untuk merangsang pembentukan primordia masing-masing jenis.
b. Media Perakaran
Jenis media yang digunakan untuk media perakaran akan sangat mempengaruhi kemampuan stek untuk membentuk akar. Media perakaran memiliki fungsi yaitu untuk menahan bahan stek agar tetap berada dalam tempatnya, menyediakan dan menjaga kelembababan yang dibutuhkan oleh stek dan untuk membiarkan penetrasi udara ke bagian dasar dari stek (Mahlstede dan Haber, 1957).
Menurut Hartmann dan Kester (1978), kriteria media yang baik adalah sebagai berikut :
·       Harus cukup kuat dan kompak sebagai pemegang stek atau benih selama perkecambahan atau pertumbuhan.
·       Harus mampu mempertahankan kelembaban
·       Memiliki aerasi dan draenase yang baik
·       Bebas dari benih tumbuhan liar, nematoda dan berbagi organisme penyakit
·       Tidak memiliki salinitas yang tinggi
·       Dapat disterilkan dengan menggunakan panas tanpa menimbulkan efek penggunaan terhadap unsur-unsur penting bagi pertumbuhan stek
Media yang sering digunakan untuk stek antara lain dapat terdiri dari atau campuran dari tanah, pasir, gambut, sphagnum, vermiculite dan perlite. Perbedaan macam media terhadap pembentukan akar tidak nyata selama media dapat memenuhi syarat-syarat pembentukan akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).
Selain jenis media, temperatur media juga mempunyai pengaruh dalam pembentukan akar. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), temperatur udara yang optimum untuk pembentukan akar berbeda-beda menurut jenis tanaman. Tetapi pada kebanyakan tanaman, temperatur udara optimum berkisar antara 290C, sedangkan temperatur media perakaran sebaiknya berkisar sekitar 240C, karena pada temperatur ini pembagian sel pada daerah perakaran akan distimulir.
Media stek harus selalu dijaga kelembabannya. Stek yang ditanam dalam wadah, tingkat kelembaban medianya bisa dilihat dari titik-titik air yang menempel pada plastik atau kaca penutupnya. Tidak adanya air pada tempat itu menandakan bahwa media telah kering. Cara mengatasinya dengan menyirami media (Wudianto, 1993).
c. Kelembaban udara
Kelembaban udara pada bahan stek sebaiknya di atas 90% terutama sebelum stek mampu membentuk akar karena kelembaban yang tinggi akan menghambat laju evapotranspirasi stek, mencegah stek dari kekeringan dan kematian. Tetapi kelembaban stek dan lingkungannya sebaiknya jangan juga terlalu tinggi, karena apabila media yang digunakan kurang steril, kelembaban yang terlalu tinggi justru akan memacu perkembangan mikroba penggangu yang dapat menyebabkan kegagalan stek.
Kelembaban udara termasuk salah satu faktor penting yang mempengaruhi stek sebelum berakar. Bila kelembaban rendah, stek akan cepat mati karena kandungan air dalam stek pada umumnya sangat rendah sehingga stek menjadi kering sebelum membentuk akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).
d. Intensitas cahaya
Cahaya dibutuhkan tanaman sebagai salah satu komponen dalam proses fotosintesis, untuk itu intensitas cahaya yang sesuai untuk tanaman akan menentukan keberhasilan stek. Pengaturan intensitas cahaya dapat dilakukan dengan pengaturan intensitas naungan.
e. Pemberian Zat pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh adalah adalah salah satu bahan sintesis atau hormon tumbuh yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel. Pengaturan pertumbuhan sel ini dilaksanakan dengan cara pembentukan hormon-hormon, mempengaruhi sistem hormon, perusakan translokasi atau dengan perubahan tempat pembentukan hormon. Zat Pengatur Tumbuh mempunyai peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Hartmann dan Kester, 1983).
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh ini dimaksudkan untuk merangsang pembentukan dan pertumbuhan akar dalam stek batang dan stek pucuk. Salah satu Zat Pengatur Tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang pembentukan dan pertumbuhan akar adalah jenis auksin. Jenis auksin yang sering digunakan untuk keperluan tersebut adalah IAA, IBA dan NAA. Sedangkan jenis auksin yang dipergunakan secara luas dan merupakan bahan terbaik dibandingkan dengan jenis auksin lainnya adalah IBA (Hartmann dan Kester, 1983).
Di dalam praktek pemakaian, IBA dan NAA lebih stabil sifat kimianya dan mobilitasnya di dalam tanaman rendah. Sedangkan IAA dapat tersebar ke tunas-tunas dan menghalangi perkembangan serta pertumbuhan tunas-tunas tersebut. Kelemahan NAA yaitu kisaran konsentrasi yang sempit, sehingga penggunaanya harus hati-hati agar konsentrasi optimum tidak terlampaui. IBA bersifat lebih baik daripada IAA dan NAA, karena kandungan kimianya lebih stabil, daya kerjanya lebih lama dan relatif lebih lambat ditranslokasikan di dalam tanaman, sehingga memungkinkan memperoleh respon yang lebih baik terhadap perakaran stek. (Kusumo,1984).
Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh ini efektif pada jumlah tertentu, konsentrasi yang terlalu tinggi dapat merusak dasar stek, dimana pembelahan sel dan kalus akan berlebihan dan mencegah tumbuhnya tunas dan akar, sedangkan pada konsentrasi dibawah optimum tidak efektif.
Selain faktor dalam dan faktor lingkungan, faktor yang mempengaruhi keberhasilan menurut Rochiman dan Harjadi (1973) adalah faktor pelaksanaan.
          Faktor Pelaksanaan
Stek pada umumnya akan berakar bila ditanam pada musim dimana kelembaban udara cukup tinggi dan pada saat tak terjadi pertumbuhan karena pada masa ini tanaman banyak mengandung karbohidrat (Djamhuri et al, 1986).
Pelaksanaan penyetekan, mulai dari pemotongan bahan stek, penanaman sampai pemeliharaan akan mempengaruhi keberhasilan stek. Selain itu dalam penyetekan dibutuhkan peralatan yang bersih dan steril sehingga memperkecil kemungkinan stek terserang oleh hama dan penyakit.
Menurut Wudianto (1993), saat pemotongan stek yang baik yaitu pada saat kelembaban udara tinggi dan tanaman sedang tidak mengalami pertumbuhan. Saat ini biasanya terjadi pada awal musim hujan. Sedangkan pemotongan stek sebaiknya kita lakukan di dalam air. Tujuannya agar jaringan pembuluh pada stek yang baru dipotong terisi oleh air, dengan demikian akan memudahkan penyerapan zat makanan. Bila stek dipotong di tempat terbuka, udara tentu saja akan masuk ke dalam jaringan pembuluh, sehingga penyerapan air dan zat-zat makanan akan dipersulit atau dihalangi oleh adanya rongga udara itu.
 Pembentukan Akar pada Stek
            Perkembangan akar terjadi karena adanya pergerakan ke bawah dari auksin, karbohidrat dan rooting cofactor (zat-zat yang berinteraksi dengan auksin yang mengakibatkan perakaran) baik dari tunas maupun dari daun. Zat-zat ini akan mengumpul dan selanjutnya akan menstimulir pembentukan akar stek. Akar adventif dapat tumbuh dari dua macam sumber yaitu dari jaringan kalus dan dari akar morfologi atau akar primordia (Rochiman dan Harjadi, 1973).
Keterangan lain dari proses pembentukan akar dikemukakan oleh Hartmann dan Kester (1983) yang terdiri dari empat tahap sebagai berikut :
a. Bergabungnya sel-sel yang mempunyai fungsi khusus yang sama.
b. Pembentukan bakal akar dari sel-sel tertentu dari jaringan vaskular (jaringan pembuluh)
c. Tersusunnya akar-akar primordia
d. Pertumbuhan dan munculnya akar primordia keluar melalui jaringan batang ditambah pembentukan sambungan pembuluh antara akar primordia dan jaringan pembuluh dari stek.Daya pembentukan akar pada suatu jenis tanaman yang distek dipengaruhi antara lain oleh kandungan karbohidrat dan keseimbangan hormon dalam bahan stek yang digunakan (Mahlstede dan Haber, 1957).

Media Perakaran pada Stek
           Arang Sekam Padi
Arang sekam padi merupakan media perakaran yang sering digunakan di persemaian karena arang yang berwarna hitam akan meyerap panas lebih banyak sehingga menaikan suhu tanah dan mempercepat pertumbuhan semai. Arang sekam padi juga mempunyai porositas yang baik sehingga efektif dalam menunjang pertumbuhan pohon. Sekam padi sangat baik digunakan sebagai pendukung media atau sebagai pengganti tanah (Luh, 1980).
           Tanah
            Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman dan penyedia unsur hara. Berhasil tidaknya pertumbuhan tanaman banyak ditentukan oleh sifat-sifat tanah, karena sifat-sifat tanah menentukan kesesuaian lingkungan akar tanaman. Tanah lapisan atas banyak mengandung bahan organik yang mempunyai kemampuan menghisap dan memegang air yang tinggi (Purwowidodo, 1998). Tanah yang beraerasi baik, persentase pembentukan akar pada stek lebih tinggi dan kualitasnya lebih baik (Hartmann dan Kester, 1983).
           Pasir
Menurut Hartmann et al (1997), pasir telah digunakan secara luas sebagai media perakaran stek karena media ini relatif murah dan mudah tersedia, bersih serta memiliki daya rekat tinggi. Pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga membutuhkan frekwensi penyiraman yang lebih. Penggunaan tunggal tanpa campuran dengan media lain membuatnya sangat kasar sehingga tidak akan memberikan hasil yang baik. Yasman dan Smits (1987) menambahkan bahwa kekasaran dan sistem aerasi pasir harus diperhatikan, supaya dapat memberikan hasil yang baik
Keuntungan memperbanyak secara vegetatif: 
  1. diperoleh sifat keturunan baru sama dengan induknya
  2. lebih cepat memperoleh hasil (berbuah)
 Kerugian memperbanyak secara vegetatif:
  1.  tanamannya tidak sekokoh bila ditanam dari biji.
  2.  jumlah turunan baru yang diperoleh dalam waktu tertentu terbatas
  3.  tanaman induk akan menderita bila terlalu banyak bagian tanaman yang di-stek atau dicangkok.

2.        PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN CARA SAMBUNGAN (GRAFTING)
Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan, kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru.
Grafting ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan suatu bagian tanaman, seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain. Melainkan sudah merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak variasinya. Sharock’s (1672) dalam Wudianto (2002) menyatakan bahwa seni grafting ini telah digemari sejak dua abad yang lalu, yaitu sekitar abad ke-15 dia menggambarkan betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni grafting ini.
grafting ini digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu :
1.      Bud-grafting atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi
2.      Scion grafting, lebih populer dengan grafting saja, yaitu sambung pucuk atau enten
3.      Grafting by approach atau inarching, yaitu cara menyambung tanaman sehingga batang atas dan batang bawah masih berhubungan dengan akarnya masing-masing

Penyambungan disini berarti penyatuan antara batang atas (sepotong cabang dengan dua atau tiga tunas vegetatif) dengan batang bawah yang sehingga gabungan ini bersama-sama membentuk individu yang baru.
Batang bawah sering juga disebut stock atau root stock atau bahasa belandanya onder stam. Ciri dari batang ini adalah batang masih dilengkapi dengan akar, sedangkan batang atas yang disambungkan sering disebut entris atau scion. Batang atas dapat berupa potongan batang atau bisa juga cabang pohon induk, kadang-kadang untuk penyambungan ini memerlukan batang perantara (Inter-Stock). Agar batang atas dan batang bawah bisa terus merupakan perpaduan yang kekal, maka sebaiknya dipilih batang atas dan batang bawah yang masih mempunyai hubungan keluarga dekat. Hal demikian tidak selamanya benar, klasifikasi botani biasanya hanya berdasarkan sifat-sifat reproduksinya, sedangkan penyambungan justru yang dipertimbangkan adanya persamaan sifat-sifat vegetatif tanaman.

Keuntungan dan Kerugian Perbanyakan Tanaman Secara Grafting adalah :
1. Keuntungan
a. Mengekalkan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan pada pembiakan vegetatif lainnya seperti stek, cangkok dan lain-lainnya.
b. Bisa memperoleh tanaman yang kuat karena batang bawahnya tahan terhadap keadaan tanah yang tidak menguntungkan, temperatur yang rendah, atau gangguan lain yang terdapat di dalam tanah.
c. Memperbaiki jenis-jenis tanaman yang telah tumbuh, sehingga jenis yang tidak di inginkan diubah dengan jenis yang dikehendaki.
d. Dapat mempercepat berbuahnya tanaman (untuk tanaman buah-buahan) dan mempercepat pertumbuhan pohon dan kelurusan batang (jika tanaman kehutanan).

2. Kerugian
a. Bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah besar gampang patah jika ditiup angin kencang
b. Tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok antara scion dan rootstock

Sebelum melaksanakan kegiatan grafting ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :

A. Batang bawah (rootstock) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1.      Mempunyai daya adaptasi seluas mungkin, artinya tanaman itu kompatibel dengan berbagai varietas. Bahkan bila perlu juga kompatibel dengan berbagai jenis dalam satu genus, yang dimaksud kompatibel disini adalah kemampuan dua tanaman untuk membentuk sambungan (buding atau grafting) dengan baik dan sambungan dua tanaman ini mampu tumbuh dengan baik.
2.      Mempunyai perakaran yang kuat dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit yang ada didalam tanah.
3.      Kecepatan tumbuhnya sesuai dengan batang atas yang digunakan, dengan demikian diharapkan batang bawah ini mampu hidup bersama dengan batang atas.
4.      Tidak mempunyai pengaruh pada batang atas, baik dalam kualitas maupun kuantitas buah (tanaman buah-buahan) atau kayu (tanaman kehutanan) pada tanaman yang terbentuk sebagai hasil sambungan.
5.      Mempunyai batang yang kuat dan kokoh.

B. Batang atas (Scion) mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1.        Cabang dari pohon yang kuat, pertumbuhannya normal dan bebas dari serangan hama dan penyakit.
2.        Bentuk cabang lurus, diameternya disesuaikan dengan batang bawah, yaitu sama atau lebih kecil dari diameter batang bawah. Diameter paling besar ± 1 cm.
3.        Cabang dari pohon induk yang sifatnya benar-benar seperti yang dikehendaki, misalnya berbuah lebat dan berkualitas tinggi (untuk tanaman buah-buahan) berbatang lurus, batang bulat, pertumbuhan diameter cepat (jika jenis tanaman kehutanan).
4.        Bisa menyesuaikan diri dengan batang bawah sehingga sambungan kompatibel.

C. Pengumpulan Scion

1.        Pengumpulan sebaiknya berasal dari pohon yang muda dan sehat, yang sifatnya benar-benar seperti yang dikehendaki.
2.        Pilih cabang muda yang mempunyai beberapa mata tunas yang dorman, lurus, diameternya disesuaikan dengan batang bawahnya (rootstock) yang umum digunakan berdiameter ± 1 cm.
3.        Hindari cabang-cabang yang mungkin mempunyai tunas yang mutan.(Anonim, 1993).
4.         Pilih cabang yang bebas dari penyakit yang berat dan kerusakan berat karena serangan hama.
5.        Usahakan pengambilan scion pada pagi hari sebelum tengah hari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan :

1.             Scion yang dijadikan bahan sambungan tersebut tidak cacat dan masih dalam keadaan segar, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dan berbatang bulat.
2.             Grafting tidak terkena secara langsung terik matahari maupun air hujan.
3.             Bagian sambungan kambium harus menempel seerat mungkin, paling tidak salah satu dari bagiannya.
4.             Pisau dan gunting yang digunakan untuk kegiatan sambungan ini yang tajam dan tidak berkarat agar sambungan tidak terinfeksi oleh penyakit.
5.             Dikerjakan dengan secepat mungkin, dengan kerusakan minimum pada kambium, dan diusahakan penyayatan pada scion jangan sampai berulang-ulang.
6.             Usahakan untuk menjaga bagian yang terluka, baik pada scion maupun pada rootstock agar tetap dalam keadaan lembab.
7.             Bagian sambungan harus dijaga dari kekeringan sampai beberapa minggu setelah penyambungan.

G. Pemeliharaan setelah penyambungan
1.             Setelah scion mengeluarkan tunas dengan ketinggian tunas ± 3 cm plastik yang mengkerudungi grafting dibuka dengan cara menggunting sudut plastik sedikit demi sedikit supaya tunas yang baru tumbuh tersebut tidak kepanasan, sampai tunas itu kuat terhadap terik matahari.
2.             Usahakan rootstock dalam kondisi lembab, jangan sampai kekeringan dengan menyiram bila rootstock kering.
3.             Lepaskan pita pengikat sambungan pada saat sambungan telah bertunas dan telah bersatu antara kambium batang bawah dengan kambium batang atas.
4.             Hilangkan tunas-tunas yang tumbuh pada rootstocknya sehingga makanan dan energi bisa terfokus untuk keberhasilan penyambungan.

5.             Sangga tanaman sambungan jika tanaman tersebut tidak cukup kuat untuk menyangga dirinya sendiri. 

No comments:

Post a Comment