Pembiakan Vegetatif
Pengertian
dan prinsip Pembiakkan tanaman secara vegetatif .
Pembiakan
vegetatif merupakan pembiakan secara Vegetatif atau aseksual , yaitu dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman yang sanggup membentuk kembali jaringan –
jaringan dan bagian – bagian lain. Pada sebagian tanaman, pembiakan vegetatif
merupakan proses alamiah yang sempurna atau merupakan suatu proses buatan
manusia.
Perbanyakan
secara vegetatif merupakan perkembangbiakan tanaman dengan
menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun,
umbi dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya.
Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut
agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, daun,
sekaligus
Pembiakan
vegetatif tanpa bantuan manusia disebut pembiakan vegetatif alami. Alat
pembiakannya tumbuh dengan sendirinya dari tumbuhan melalui tunas, umbi, spora,
dan rhizoma Tunas Pernahkah kamu memperhatikan tanaman cocor bebek? Pada tepi
dan ujung daun yang telah tua terdapat tunas. Jika ditanam, tunas itu akan
tumbuh menjadi tanaman baru. Tunas itu disebut tunas adventif. Tanaman lain
yang berkembang biak dengan tunas, yaitu pisang, cemara, bambu, sukun, dan
tebu. Pada tanaman ini tunas adventif tumbuh pada akar. Spora Jenis tanaman
paku-pakuan sering ditanam orang sebagai tanaman hias, contohnya suplir. Pada
bagian bawah daunnya terdapat titik-titik berwarna cokelat yang disebut spora.
Spora berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Jika spora jatuh ke tanah, akan
tumbuh tanaman baru.
1. Umbi
Pernahkah kamu melihat umbi jalar yang ada tunasnya? Umbi ada yang berupa
umbi batang, umbi akar, dan umbi lapis. Jika tanaman yang berkembang biak
dengan umbi ditanam, dari umbi keluar akar dan tunas sehingga tumbuh tanaman
baru. Umbi yang ditanam menjadi sumber makanan bagi pertumbuhan tanaman sebelum
mengisap makanan sendiri dari tanah. Contoh tanaman yang berkembang biak dengan
umbi: Umbi batang : kentang Umbi lapis : bawang merah, bawang putih. Umbi akar
: wortel, umbi jalar.
Macam-macam Umbi
:
- umbi lapis Contoh tumbuhan yang berkembang biak dengan umbi lapis
adalah: bawang bombay, bawang merah, bawang putih, bunga bakung, bunga tulip
- umbi batang
Contoh tumbuhan yang berkembang biak dengan umbi
batang adalah: kentang dan ubi jalar.
- Umbi akar
Ciri-ciri umbi akar:
- tidak berbuku-buku
- tidak mempunyai kuncup dan daun
- tidak mempunyai mata tunas
Contoh: wortel dan bunga dahlia
2. Rhizoma /akar
tinggal
Akar tinggal (rizoma) adalah batang yang tertanam dan
tumbuh di dalam tanah. Batang tersebut tumbuh secara mendatar dan tampak
seperti akar.
Ciri-ciri akar tinggal:
Ciri-ciri akar tinggal:
- mirip akar tetapi berbuku-buku dan pada ujungnya
terdapat kuncup.
- pada setiap buku terdapat daun yang berubah menjadi
sisik.
- pada setiap ketiak sisik terdapat tunas.
Contoh:
Amati kencur, lengkuas, dan kunyit yang ada di rumahmu. Kamu akan menemukan ruas-ruas batang. Jika ruas-ruas itu ditanam akan tumbuh tanaman baru. Tumbuhan tersebut berkembang biak dengan rhizoma. Rhizoma disebut juga akar tinggal atau akar tongkat. Rhizoma sebenarnya adalah batang yang tumbuh di dalam tanah.
Amati kencur, lengkuas, dan kunyit yang ada di rumahmu. Kamu akan menemukan ruas-ruas batang. Jika ruas-ruas itu ditanam akan tumbuh tanaman baru. Tumbuhan tersebut berkembang biak dengan rhizoma. Rhizoma disebut juga akar tinggal atau akar tongkat. Rhizoma sebenarnya adalah batang yang tumbuh di dalam tanah.
3. Spora
Spora merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan. Spora
dibentuk dan disimpan di dalam kotak spora yang disebut sporangium. Sporangium
pada tumbuhan paku terletak dibalik daun.
Contoh: tumbuhan paku (paku tanduk rusa), jamur,
suplir, ganggang hijau
4. geragih
Geragih (stolon) adalah batang yang menjalar di atas
atau di bawah permukaan tanah.
Contoh tumbuhan bergeragih di atas permukaan tanah adalah arbei, pegagan, semanggi.
Contoh tumbuhan bergeragih di bawah permukaan tanah adalah rumput teki.
Contoh tumbuhan bergeragih di atas permukaan tanah adalah arbei, pegagan, semanggi.
Contoh tumbuhan bergeragih di bawah permukaan tanah adalah rumput teki.
5. tunas
Contoh
tumbuhan yang berkembang biak dengan tunas adalah: pisang, cocor bebek, bambu,
sukun, cemar
1.
Stek
Pengertian Stek
Penyetekan dapat didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan,
pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas
dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar (Rochiman dan Harjadi,
1973).
Stek dapat dibedakan berdasarkan pada bagian dari tanaman yang dijadikan
bahan stek, yaitu stek akar, stek batang, stek pucuk, stek daun, stek umbi dan
sebagainya. Stek yang dilakukan pada bagian atas tanaman seperti stek pucuk,
stek batang dan lain-lain, bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem
perakaran baru. Sementara stek yang dilakukan pada bagian bawah tanaman seperti
stek akar bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem bagian atas
tanaman. Sementara stek daun bertujuan untuk pembentukan sistem perakaran dan
batang tanaman (Rochiman dan Harjadi, 1973 ; Hartmann dan Kester, 1983)
Menurut Hartmann dan Kester (1983), keuntungan pembiakan melaui stek adalah
murah, dapat dilakukan dengan cepat, sederhana dan tidak memerlukan tenaga
terlatih. Selain itu pembiakan vegetatif melalui stek dapat menghasilkan
tanaman yang sempurna dengan akar, daun dan batang dalam waktu relatif singkat
serta bersifat serupa dengan induknya (Rochiman dan Harjadi, 1973).
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek
Berhasilnya pembiakan vegetatif dengan stek ditandai dengan munculnya akar
pada stek (Djamhuri et al, 1986). Secara umum faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan stek dapat dikelompokkan menjadi dua macam,
yaitu faktor dalam dan faktor luar (lingkungan) tanaman (Hartmann dan Kester,
1983).
Faktor Dalam
a. Jenis Tanaman
Beberapa jenis pohon kehutanan dapat dibiakkan dengan metode stek, baik itu
dengan stek akar, stek batang, stek pucuk ataupun stek daun, tetapi beberapa
pohon justru tidak bisa dibiakkan dengan metode stek.
b. Bahan Stek
Bahan stek meliputi nutrisi yang terkandung dalam bahan stek, ketersediaan
air, kandungan hormon endogen dalam jaringan stek, tipe bahan stek, kehadiran
hama dan penyakit serta umur pohon induk dan umur bahan stek itu sendiri.
Faktor Luar
(lingkungan)
a. Suhu
Kisaran suhu yang baik untuk pembentukan perakaran adalah 21-270 C. Setiap jenis akan mempunyai suhu yang
berbeda-beda dalam kisaran 21-270 C untuk
merangsang pembentukan primordia masing-masing jenis.
b. Media Perakaran
Jenis media yang digunakan untuk media perakaran akan sangat mempengaruhi
kemampuan stek untuk membentuk akar. Media perakaran memiliki fungsi yaitu
untuk menahan bahan stek agar tetap berada dalam tempatnya, menyediakan dan
menjaga kelembababan yang dibutuhkan oleh stek dan untuk membiarkan penetrasi
udara ke bagian dasar dari stek (Mahlstede dan Haber, 1957).
Menurut Hartmann dan Kester (1978), kriteria media yang baik adalah sebagai
berikut :
·
Harus cukup kuat dan kompak sebagai
pemegang stek atau benih selama perkecambahan atau pertumbuhan.
·
Harus mampu mempertahankan kelembaban
·
Memiliki aerasi dan draenase yang baik
·
Bebas dari benih tumbuhan liar, nematoda
dan berbagi organisme penyakit
·
Tidak memiliki salinitas yang tinggi
·
Dapat disterilkan dengan menggunakan
panas tanpa menimbulkan efek penggunaan terhadap unsur-unsur penting bagi
pertumbuhan stek
Media yang sering digunakan untuk stek antara lain dapat terdiri dari atau
campuran dari tanah, pasir, gambut, sphagnum, vermiculite dan perlite.
Perbedaan macam media terhadap pembentukan akar tidak nyata selama media dapat
memenuhi syarat-syarat pembentukan akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).
Selain jenis media, temperatur media juga mempunyai pengaruh dalam
pembentukan akar. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), temperatur udara yang
optimum untuk pembentukan akar berbeda-beda menurut jenis tanaman. Tetapi pada
kebanyakan tanaman, temperatur udara optimum berkisar antara 290C, sedangkan temperatur media perakaran sebaiknya
berkisar sekitar 240C, karena pada temperatur ini
pembagian sel pada daerah perakaran akan distimulir.
Media stek harus selalu dijaga kelembabannya. Stek yang ditanam dalam
wadah, tingkat kelembaban medianya bisa dilihat dari titik-titik air yang
menempel pada plastik atau kaca penutupnya. Tidak adanya air pada tempat itu
menandakan bahwa media telah kering. Cara mengatasinya dengan menyirami media
(Wudianto, 1993).
c. Kelembaban udara
Kelembaban udara pada bahan stek sebaiknya di atas 90% terutama sebelum
stek mampu membentuk akar karena kelembaban yang tinggi akan menghambat laju
evapotranspirasi stek, mencegah stek dari kekeringan dan kematian. Tetapi
kelembaban stek dan lingkungannya sebaiknya jangan juga terlalu tinggi, karena
apabila media yang digunakan kurang steril, kelembaban yang terlalu tinggi
justru akan memacu perkembangan mikroba penggangu yang dapat menyebabkan
kegagalan stek.
Kelembaban udara termasuk salah satu faktor penting yang mempengaruhi stek
sebelum berakar. Bila kelembaban rendah, stek akan cepat mati karena kandungan
air dalam stek pada umumnya sangat rendah sehingga stek menjadi kering sebelum
membentuk akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).
d. Intensitas cahaya
Cahaya dibutuhkan tanaman sebagai salah satu komponen dalam proses
fotosintesis, untuk itu intensitas cahaya yang sesuai untuk tanaman akan
menentukan keberhasilan stek. Pengaturan intensitas cahaya dapat dilakukan
dengan pengaturan intensitas naungan.
e. Pemberian Zat pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh adalah adalah salah satu bahan sintesis atau hormon
tumbuh yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui
pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel. Pengaturan pertumbuhan sel
ini dilaksanakan dengan cara pembentukan hormon-hormon, mempengaruhi sistem
hormon, perusakan translokasi atau dengan perubahan tempat pembentukan hormon.
Zat Pengatur Tumbuh mempunyai peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman (Hartmann dan Kester, 1983).
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh ini dimaksudkan untuk merangsang pembentukan
dan pertumbuhan akar dalam stek batang dan stek pucuk. Salah satu Zat Pengatur
Tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang pembentukan dan pertumbuhan akar
adalah jenis auksin. Jenis auksin yang sering digunakan untuk keperluan
tersebut adalah IAA, IBA dan NAA. Sedangkan jenis auksin yang dipergunakan
secara luas dan merupakan bahan terbaik dibandingkan dengan jenis auksin
lainnya adalah IBA (Hartmann dan Kester, 1983).
Di dalam praktek pemakaian, IBA dan NAA lebih stabil sifat kimianya dan
mobilitasnya di dalam tanaman rendah. Sedangkan IAA dapat tersebar ke
tunas-tunas dan menghalangi perkembangan serta pertumbuhan tunas-tunas
tersebut. Kelemahan NAA yaitu kisaran konsentrasi yang sempit, sehingga
penggunaanya harus hati-hati agar konsentrasi optimum tidak terlampaui. IBA
bersifat lebih baik daripada IAA dan NAA, karena kandungan kimianya lebih
stabil, daya kerjanya lebih lama dan relatif lebih lambat ditranslokasikan di
dalam tanaman, sehingga memungkinkan memperoleh respon yang lebih baik terhadap
perakaran stek. (Kusumo,1984).
Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh ini
efektif pada jumlah tertentu, konsentrasi yang terlalu tinggi dapat merusak
dasar stek, dimana pembelahan sel dan kalus akan berlebihan dan mencegah
tumbuhnya tunas dan akar, sedangkan pada konsentrasi dibawah optimum tidak
efektif.
Selain faktor dalam dan faktor lingkungan, faktor yang mempengaruhi
keberhasilan menurut Rochiman dan Harjadi (1973) adalah faktor pelaksanaan.
Faktor Pelaksanaan
Stek pada umumnya akan berakar bila ditanam pada musim dimana kelembaban
udara cukup tinggi dan pada saat tak terjadi pertumbuhan karena pada masa ini
tanaman banyak mengandung karbohidrat (Djamhuri et al, 1986).
Pelaksanaan penyetekan, mulai dari pemotongan bahan stek, penanaman sampai
pemeliharaan akan mempengaruhi keberhasilan stek. Selain itu dalam penyetekan
dibutuhkan peralatan yang bersih dan steril sehingga memperkecil kemungkinan
stek terserang oleh hama dan penyakit.
Menurut Wudianto (1993), saat pemotongan stek yang baik yaitu pada saat
kelembaban udara tinggi dan tanaman sedang tidak mengalami pertumbuhan. Saat
ini biasanya terjadi pada awal musim hujan. Sedangkan pemotongan stek sebaiknya
kita lakukan di dalam air. Tujuannya agar jaringan pembuluh pada stek yang baru
dipotong terisi oleh air, dengan demikian akan memudahkan penyerapan zat
makanan. Bila stek dipotong di tempat terbuka, udara tentu saja akan masuk ke
dalam jaringan pembuluh, sehingga penyerapan air dan zat-zat makanan akan
dipersulit atau dihalangi oleh adanya rongga udara itu.
Pembentukan Akar pada Stek
Perkembangan akar terjadi karena adanya pergerakan ke bawah dari auksin,
karbohidrat dan rooting cofactor (zat-zat yang berinteraksi
dengan auksin yang mengakibatkan perakaran) baik dari tunas maupun dari daun.
Zat-zat ini akan mengumpul dan selanjutnya akan menstimulir pembentukan akar
stek. Akar adventif dapat tumbuh dari dua macam sumber yaitu dari jaringan
kalus dan dari akar morfologi atau akar primordia (Rochiman dan Harjadi, 1973).
Keterangan lain dari proses pembentukan akar dikemukakan oleh Hartmann dan
Kester (1983) yang terdiri dari empat tahap sebagai berikut :
a. Bergabungnya sel-sel yang mempunyai fungsi khusus yang sama.
b. Pembentukan bakal akar dari sel-sel tertentu dari jaringan vaskular
(jaringan pembuluh)
c. Tersusunnya akar-akar primordia
d. Pertumbuhan dan munculnya akar primordia keluar melalui jaringan batang
ditambah pembentukan sambungan pembuluh antara akar primordia dan jaringan
pembuluh dari stek.Daya pembentukan akar pada suatu jenis tanaman yang distek
dipengaruhi antara lain oleh kandungan karbohidrat dan keseimbangan hormon
dalam bahan stek yang digunakan (Mahlstede dan Haber, 1957).
Media Perakaran pada Stek
Arang Sekam
Padi
Arang sekam padi merupakan media perakaran yang sering digunakan di
persemaian karena arang yang berwarna hitam akan meyerap panas lebih banyak
sehingga menaikan suhu tanah dan mempercepat pertumbuhan semai. Arang sekam
padi juga mempunyai porositas yang baik sehingga efektif dalam menunjang
pertumbuhan pohon. Sekam padi sangat baik digunakan sebagai pendukung media
atau sebagai pengganti tanah (Luh, 1980).
Tanah
Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman dan penyedia unsur hara. Berhasil
tidaknya pertumbuhan tanaman banyak ditentukan oleh sifat-sifat tanah, karena
sifat-sifat tanah menentukan kesesuaian lingkungan akar tanaman. Tanah lapisan
atas banyak mengandung bahan organik yang mempunyai kemampuan menghisap dan
memegang air yang tinggi (Purwowidodo, 1998). Tanah yang beraerasi baik,
persentase pembentukan akar pada stek lebih tinggi dan kualitasnya lebih baik
(Hartmann dan Kester, 1983).
Pasir
Menurut Hartmann et al (1997), pasir telah digunakan
secara luas sebagai media perakaran stek karena media ini relatif murah dan
mudah tersedia, bersih serta memiliki daya rekat tinggi. Pasir tidak menyimpan
kelembaban sehingga membutuhkan frekwensi penyiraman yang lebih. Penggunaan
tunggal tanpa campuran dengan media lain membuatnya sangat kasar sehingga tidak
akan memberikan hasil yang baik. Yasman dan Smits (1987) menambahkan bahwa
kekasaran dan sistem aerasi pasir harus diperhatikan, supaya dapat memberikan
hasil yang baik
Keuntungan memperbanyak secara
vegetatif:
- diperoleh
sifat keturunan baru sama dengan induknya
- lebih
cepat memperoleh hasil (berbuah)
Kerugian memperbanyak secara vegetatif:
- tanamannya tidak sekokoh bila ditanam dari biji.
- jumlah turunan baru yang diperoleh dalam waktu tertentu
terbatas
- tanaman induk akan menderita bila terlalu banyak bagian
tanaman yang di-stek atau dicangkok.
2.
PERBANYAKAN TANAMAN
DENGAN CARA SAMBUNGAN (GRAFTING)
Grafting
adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan batang bawah
dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai
persenyawaan, kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru.
Grafting
ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan suatu bagian
tanaman, seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain. Melainkan
sudah merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak variasinya.
Sharock’s (1672) dalam Wudianto (2002) menyatakan bahwa seni grafting ini
telah digemari sejak dua abad yang lalu, yaitu sekitar abad ke-15 dia
menggambarkan betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni grafting ini.
grafting
ini digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu :
1.
Bud-grafting atau budding, yang
kita kenal dengan istilah okulasi
2.
Scion grafting, lebih populer dengan grafting
saja, yaitu sambung pucuk atau enten
3.
Grafting by approach atau inarching,
yaitu cara menyambung tanaman sehingga batang atas dan batang bawah masih
berhubungan dengan akarnya masing-masing
Penyambungan
disini berarti penyatuan antara batang atas (sepotong cabang dengan dua atau
tiga tunas vegetatif) dengan batang bawah yang sehingga gabungan ini
bersama-sama membentuk individu yang baru.
Batang
bawah sering juga disebut stock atau root stock atau bahasa
belandanya onder stam. Ciri dari batang ini adalah batang masih
dilengkapi dengan akar, sedangkan batang atas yang disambungkan sering disebut
entris atau scion. Batang atas dapat berupa potongan batang atau bisa
juga cabang pohon induk, kadang-kadang untuk penyambungan ini memerlukan batang
perantara (Inter-Stock). Agar batang atas dan batang bawah bisa terus
merupakan perpaduan yang kekal, maka sebaiknya dipilih batang atas dan batang
bawah yang masih mempunyai hubungan keluarga dekat. Hal demikian tidak selamanya
benar, klasifikasi botani biasanya hanya berdasarkan sifat-sifat reproduksinya,
sedangkan penyambungan justru yang dipertimbangkan adanya persamaan sifat-sifat
vegetatif tanaman.
Keuntungan dan Kerugian
Perbanyakan Tanaman Secara Grafting adalah :
1. Keuntungan
a. Mengekalkan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan
pada pembiakan vegetatif lainnya seperti stek, cangkok dan lain-lainnya.
b. Bisa memperoleh tanaman yang kuat karena batang bawahnya
tahan terhadap keadaan tanah yang tidak menguntungkan, temperatur yang rendah,
atau gangguan lain yang terdapat di dalam tanah.
c. Memperbaiki jenis-jenis tanaman yang telah tumbuh,
sehingga jenis yang tidak di inginkan diubah dengan jenis yang dikehendaki.
d. Dapat mempercepat berbuahnya tanaman (untuk tanaman
buah-buahan) dan mempercepat pertumbuhan pohon dan kelurusan batang (jika
tanaman kehutanan).
2. Kerugian
a. Bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah besar
gampang patah jika ditiup angin kencang
b. Tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok antara scion
dan rootstock
Sebelum melaksanakan kegiatan grafting ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :
A. Batang bawah (rootstock) harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Mempunyai
daya adaptasi seluas mungkin, artinya tanaman itu kompatibel dengan berbagai
varietas. Bahkan bila perlu juga kompatibel dengan berbagai jenis dalam satu
genus, yang dimaksud kompatibel disini adalah kemampuan dua tanaman untuk
membentuk sambungan (buding atau grafting) dengan baik dan
sambungan dua tanaman ini mampu tumbuh dengan baik.
2. Mempunyai
perakaran yang kuat dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit yang ada
didalam tanah.
3. Kecepatan
tumbuhnya sesuai dengan batang atas yang digunakan, dengan demikian diharapkan
batang bawah ini mampu hidup bersama dengan batang atas.
4. Tidak
mempunyai pengaruh pada batang atas, baik dalam kualitas maupun kuantitas buah
(tanaman buah-buahan) atau kayu (tanaman kehutanan) pada tanaman yang terbentuk
sebagai hasil sambungan.
5. Mempunyai
batang yang kuat dan kokoh.
B.
Batang atas (Scion) mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1.
Cabang dari pohon yang kuat, pertumbuhannya
normal dan bebas dari serangan hama dan penyakit.
2.
Bentuk cabang lurus, diameternya disesuaikan
dengan batang bawah, yaitu sama atau lebih kecil dari diameter batang bawah.
Diameter paling besar ± 1 cm.
3.
Cabang dari pohon induk yang sifatnya
benar-benar seperti yang dikehendaki, misalnya berbuah lebat dan berkualitas
tinggi (untuk tanaman buah-buahan) berbatang lurus, batang bulat, pertumbuhan
diameter cepat (jika jenis tanaman kehutanan).
4.
Bisa menyesuaikan diri dengan batang bawah
sehingga sambungan kompatibel.
C. Pengumpulan Scion
1.
Pengumpulan sebaiknya berasal dari pohon yang
muda dan sehat, yang sifatnya benar-benar seperti yang dikehendaki.
2.
Pilih cabang muda yang mempunyai beberapa mata
tunas yang dorman, lurus, diameternya disesuaikan dengan batang bawahnya (rootstock)
yang umum digunakan berdiameter ± 1 cm.
3.
Hindari cabang-cabang yang mungkin mempunyai
tunas yang mutan.(Anonim, 1993).
4.
Pilih
cabang yang bebas dari penyakit yang berat dan kerusakan berat karena serangan
hama.
5.
Usahakan pengambilan scion pada pagi hari
sebelum tengah hari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan :
1.
Scion yang dijadikan bahan sambungan tersebut tidak cacat dan masih
dalam keadaan segar, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dan berbatang
bulat.
2.
Grafting tidak terkena secara langsung terik matahari maupun air hujan.
3.
Bagian sambungan kambium
harus menempel seerat mungkin, paling tidak salah satu dari bagiannya.
4.
Pisau dan gunting yang
digunakan untuk kegiatan sambungan ini yang tajam dan tidak berkarat agar
sambungan tidak terinfeksi oleh penyakit.
5.
Dikerjakan dengan secepat
mungkin, dengan kerusakan minimum pada kambium, dan diusahakan penyayatan pada scion
jangan sampai berulang-ulang.
6.
Usahakan untuk menjaga
bagian yang terluka, baik pada scion maupun pada rootstock agar
tetap dalam keadaan lembab.
7.
Bagian sambungan harus
dijaga dari kekeringan sampai beberapa minggu setelah penyambungan.
G. Pemeliharaan setelah penyambungan
1.
Setelah scion mengeluarkan
tunas dengan ketinggian tunas ± 3 cm plastik yang mengkerudungi grafting dibuka
dengan cara menggunting sudut plastik sedikit demi sedikit supaya tunas yang
baru tumbuh tersebut tidak kepanasan, sampai tunas itu kuat terhadap terik
matahari.
2.
Usahakan rootstock dalam
kondisi lembab, jangan sampai kekeringan dengan menyiram bila rootstock kering.
3.
Lepaskan pita pengikat
sambungan pada saat sambungan telah bertunas dan telah bersatu antara kambium
batang bawah dengan kambium batang atas.
4.
Hilangkan tunas-tunas yang
tumbuh pada rootstocknya sehingga makanan dan energi bisa terfokus untuk
keberhasilan penyambungan.
5.
Sangga tanaman sambungan
jika tanaman tersebut tidak cukup kuat untuk menyangga dirinya sendiri.
No comments:
Post a Comment