HAMA
PENGGEREK BATANG/ BOKTOR (xystrocera festiva)
Gejala Serangan
Umumnya serangan hama ini terjadi pada pohon yang telah
berumur 3tahun atau lebih, yang diameternya telah mencapai 10 cm atau lebih.
Bagianpohon yang diserang kebanyakan berkisar pada ketinggian 0 – 5
meter, tetapi adakalanya mencapai 15 meter dari atas permukaan tanah (Husaeni,et al.,1995).
Larva
& Boktor Dewasa
Fase hidup Xystrocera festiva yang paling merusak ialah fase larva. Larva-larva yang baru
menetas akan segera memakan kulit bagian dalam dan bagian luardari kayu gubal,
membentuk saluran-saluran sedalam 0,5 mm ke arah bawahbatang. Saluran gerek ini
seluruhnya tertutup oleh ekskremen yang dihasilkanlarva. Saluran gerek ini
biasanya saling berhubungan (continue) dan arahnya tidak beraturan, biasanya
vertikal. Semakin ke arah bawah saluran gerek ini semakinmelebar karena ukuran
larva yang memakannya semakin besar. Dari bagianbatang yang rusak akan keluar
cairan berwarna coklat atau hitam. Setiap salurandicirikan oleh adanya suatu
lubang dan serbuk gerek pada permukaan kulit;banyak
serbuk gerek bervariasi tergantung pada umur dan banyaknya larva yanghidup
bersama di dalam kulit. Serbuk gerek yang menempel pada permukaan kulitatau
yang jatuh ke lantai hutan sering digunakan sebagai petunjuk adanyaserangan hama
ini (Husaeni, 2001).
Xystocera
festiva
Kerusakan berbentuk lubang-lubang yang mempunyai
bermacam-macamukuran dan bentuk. Lubang-lubang dapat dijumpai baik pada kayu
batang dan cabang yang masih hidup maupun pada balok-balok kayu kering.
Tiap-tiap jenispenggerek kayu mempunyai karakteristik tertentu. Beberapa jenis
seranggadewasanya hanya merusak pohon
sehat, jenis lain merusak pohon merana.Serangga penggerek batang kayu termasuk
dalam ordo Coleoptera, yang merusak pada stadium larva atau dewasa
(Sumardi dan Widyastuti, 2004).
Titik awal
serangan hama boktor adalah adanya luka pada batang. Umumnya telur
diletakkan pada celah luka di batang. Telur baru ditandai utuh, belum
berlubang-lubang; bila telur sudah berlubang-lubang dimungkinkan bahwa telur
sudah menetas. Sejak larva keluar dari telur yang baru beberapa saat menetas,
larva sudah merasa lapar dan segera melakukan aktivitas penggerekan ke dalam
jaringan kulit batang di sekitar lokasi dimana larva berada. Bahan makanan yang
disukai larva boktor adalah bagian permukaan kayu gubal (xylem) dan
bagian permukaan kulit bagian dalam (floem). Adanya serbuk gerek halus
yang menempel pada permukaan kulit batang merupakan petunjuk terjadinya gejala
serangan awal.
Pengendalian Hama Terpadu Tanaman
Sengon
a. Hama penggerek batang/ Boktor (Xystrocera
festiva)
Ada 6 prinsip
pengendalian hama boktor pada tegakan sengon, yaitu cara silvikultur, manual,
fisik/mekanik,
biologis, dan terpadu.
Pengendalian secara silvikultur
dilakukan dengan :
Upaya pemuliaan, melalui pemilihan
benih/bibit yang berasal dari sengon yang memiliki ketahanan terhadap hama
boktor.
Pengendalian secara manual, antara lain dilakukan dengan :
1) Mencongkel
kelompok telur boktor pada permukaan kulit batang sengon,
2) Menyeset kulit batang tepat pada titik serangan larva boktor sehingga larva
boktor terlepas dari batang dan jatuh ke lantai hutan
3) Diperlukan ketrampilan petugas dalam mengenali tanda-tanda serta gejala awal
serangan hama boktor.
Pengendalian secara fisik/mekanik,
antara lain dilakukan dengan :
1) kegiatan
pembelahan batang sengon yang terserang boktor,
2) Pembakaran batang terserang boktor sehingga boktor berjatuhan ke tanah,
3) Dengan cara pembenaman batang terserang ke dalam tanah.
Pengendalian secara biologis,
dilakukan dengan :
1) Menggunakan peranan musuh alami berupa parasitoid, predator atau patogen
yang menyerang hama boktor,
2) Caranya dengan membiakkan musuh alami kemudian melepaskannya ke lapangan
agar mencari hama boktor untuk diserang, musuh alami ini diharapkan akan mampu
berkembang biak sendiri di lapangan.
3) Teknik
pengendalian secara biologis yang pernah dicoba antara lain : parasitoid telur
boktor (kumbang pengebor kayu Macrocentrus ancylivorus), jamur parasit
(Beauveria bassiana), dan penggunaan predator boktor (kumbang kulit
kayu Clinidium sculptilis).
4) Pengendalian secara kimiawi (Insektisida)
Pengendalian X.
festiva secara kimiawi selain biayanya mahal, secarateknis juga sukar untuk
dilaksanakan. Menurut Nurhayati (2001), berdasarkantingkat keampuhan (efikasi)
insektisida Perfekthion 400 EC pada selang waktu 3minggu setelah penyemprotan,
terlihat bahwa konsentrasi insektisida yang sudahcukup efektif untuk
pengendalian hama boktor sengon adalah 6 cc/l. Insektisidalain yang telah
dicoba untuk memberantas boktor sengon adalah Dimecron 100 yang merupakan salah
satu insektisida sistemik. Setiap pohon yang terserangdisemprot dengan Dimecron
100 berkonsentrasi 0.5% dengan dosis 75 cc cairansemprot per pohon. Ternyata
insektisida ini dapat mematikan larva yang berumursampai 2 bulan tetapi tidak
dapat mematikan larva yang berumur lebih tua danlarva-larva yang telah
menggerek ke dalam kayu gubal. Pemberian
insektisida juga bisa dilakukan dengan cara Menginfus batang tanaman Sengon.
5.) Pengendalian secara terpadu, dilakukan dengan
:
1) Penggabungan dua atau lebih cara pengendalian guna memperoleh hasil
pengendalian yang lebih baik;
2) Contohnya pengendalian dengan cara menebang pohon yang terserang, kemudian
batang yang terserang tersebut segera dibakar atau dibelah agar tidak menjadi
sumber infeksi bagi pohon yang belum terserang.
6)
Pengendalian secara silvikultur
Menurut
Natawiria (1973), serangan hama pada tegakan campuran akanlebih ringan dari
pada tegakan murni. Perkembangbiakan dan penyebaran jasadperusak dalam suatu
tegakan campuran sedikit banyak akan terhambat karena jumlah bahan makanan
yang tersedia relatif sedikit dan mungkin juga dalam suatutegakan campuran
keseimbangan biologis diantara semua faktor pembentuk masyarakat hutan
lebih mudah tercapai. Tetapi dari hasil survey selama tahun1959 - 1961 di
seluruh tegakan sengon di Pulau Jawa yang dilakukan olehLembaga Pusat
Penyelidikan Kehutanan, ternyata tanaman murni maupuntanaman campuran (suren,
jati, sonokeling, jabon, rasamala, dan puspa) dapatdiserang hama boktor sengon
dengan tidak berbeda nyata dalam tingkatserangannya.Pengendalian
secara silvikultur yang dapat dilakukan menurut Husaeni(2001), diantaranya
adalah dengan penanaman pohon resisten, pengaturan jarak tanam, pembuatan
tanaman campuran, dan penjarangan.Dengan
daur 8 tahun dan jarak tanam awal 3 x 2 m, tegakan sengonmengalami 4
kali penjarangan, yaitu pada umur 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun, dan 6tahun.
Pada
setiap kali dilakukan penjarangan, maka pohon-pohon sengon yangmendapat
serangan hama boktor harus ditebang, baik yang mengalami seranganawal (larva
masih muda), serangan lanjut (larva sudah dewasa dan akanmenggerek ke dalam
kayu gubal), serangan pasif (larva telah berkepompong didalam liang gerek).
Setelah ditebang bagian batang pohon sengon yang masih mengalami serangan awal
dan serangan lanjut harus dikupas kulitnya agar
larvanya tidak dapat terus hidup
pada batang yang sudah ditebang. Bila yang ditebang telah mencapai serangan
pasif, bagian batang yang diserang harusdibelah-belah agar kepompong atau kumbangnya dapat dimatikan .
Pengendalian secara silvikultur belum menunjukkan hasil yang nyata karena adanya
serangan hama ini tidak terpengaruh oleh ketinggian
tempat, presipitasi dan topografi lapangan. Diversifikasi tegakan tidak
berhasil baik dalam mengurangi seranganhama ini (Prajadinata dan Masano, 1989).
GAMBAR SEBELAH IMAGO/DEWASA HARUSNYA PUPA/KEPOMPONG YA
ReplyDeleteGAMBAR YANG BAWAH BARU LARVA